Sosok

Mantri Tani Desa Rasa Aktivis Lingkungan

Kang Sukmadi, Mantri Tani Desa Rasa Aktivis Lingkungan
(Foto: Topan Aribowo Soesanto)

Sumber Daya Alam (SDA) begitu melimpah. Bahkan ada sebagian dari lirik Koes Plus mengatakan ‘tongkat kayu pun menjadi tanaman’, itu bukan isapan jempol belaka atau roman picisan semata. Indonesia adalah negara kepulauan yang sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani karena begitu banyak lahan pertanian yang tersebar. Lingkungan, keselarasan alam dan hamparan padi begitu luas menjadi kekhasan tersendiri dari Sabang sampai Merauke.

Tidak terkecuali dengan bapak satu anak ini, Sukmadi Jaya Rukmana namanya atau akrab disebut kang Sukmadi. Kecintaannya pada pertanian memberikan banyak kisah dan pengalaman yang berbeda dalam membersamai para petani. Mengedukasi dan melakukan pendampingan dengan tangan dinginnya telah menjadikan dia sebagai Mantri Tani Desa. Sebuah mandat amanah profesi yang mungkin tidak begitu seksi bagi bapak yang lahir di Lebak, 04 April 1984 ini. Menjadi tantangan tersendiri di saat krisis seperti sekarang, geliat pertanian yang masuk ekonomi gelombang pertama seolah hilang bagai ditelan bumi, ekonomi abad pertanian. Persaingan yang begitu ketat memaksa para petani dituntut lebih kreatif dalam pola bercocok tanam dan proyek lainnya. Bertani sudah lebih dari hobi yang begitu melekat di kehidupan sehari-hari. Selain treking ke alam bebas, mendaki dan menjadi penggiat lingkungan bersama komunitas pecinta alam di desa. Bertani adalah naluri hidupnya.

Dunia pertanian sebetulnya jauh dari keilmuan pendidikannya, lulusan D1 Farmasi ini banting setir jauh dari disiplin keilmuannya. Karena kecintaannya pada dunia pertanian menjadi panggilan dan jalan hidupnya. Sosok yang begitu hangat ini menjadi cerita tersendiri ketika menyapa para petani di desa binaannya di daerah Citorek. Dengan budaya wewengkon adat Citorek memberikan kekhasan tersendiri dalam pertaniannya. Letak geografis Citorek yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang begitu potensial ini menjadi lahan produktif untuk dijadikan sebagai objek garapan pertanian model lainnya.

Lewat Kanaya Farm-nya, kang Sukmadi mencoba membuka varian hasil lain dari pertanian. Sayur mayur dan buah menjadi produk andalan di sini. Sekaligus memberikan pelatihan tentang teknik, solusi dan laboratorium pertanian untuk pengembangan jenis lainnya. Rekayasa pembibitan, pola cocok tanam, edukasi dan gagasan ide lainnya adalah cara terbaik mensinergikan segala potensi yang ada.

Bermanfaat buat orang banyak itulah salah satu kalimat yang menjadi penyemangat dalam membersamai para petani. Support yang begitu kuat memberikan semangat tersendiri.

“Jadilah agen perubahan untuk masa depan cerah generasi yang akan datang” menjadi visi hidupnya memberikan solusi bagi para petani. Aktivis lingkungan, penggagas ekowisata Gunung Luhur sekaligus Mantri Tani Desa ini berharap semoga setiap apa yang dilakukan bersama bisa menjadi bekal untuk anak cucu kita ke depan. Karena kini pertanian tidak hanya bertani di sawah tetapi sudah menjadi bagian dari industri kreatif, di dalamnya penuh dengan inovasi besar karena itu harus diolah dan diperjuangan secara kreatif.

Tanami ladang kami dengan bibit kehidupan.  Jangan kau tanami ladang kami dengan besi, beton dan paku bumi. Semailah biji yang menghasilkan buah dan sebulir gabah untuk pangan kami yang lebih layak lagi. Salam lestari. Hidup petani Indonesia, petani berdaya.


Bantenhejo.com adalah media jurnalisme warga dan berbasis komunitas. Isi tulisan dan gambar/foto sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis. Untuk sanggahan silahkan kirim email ke bantenhejo[at]gmail.com.


Tentang Penulis

Guru yang nyambi jadi tukang photo keliling. Literasi, senja dan kopi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.