Desa

Sejarah Yang Dijarah

Upacara bendera di halaman GOR Cirotan (dulu). Sekarang bangunanya entah kemana.
(Foto: Antam)

Revolusi industri yang terjadi di Eropa mengakibatkan persaingan di dunia barat yang berujung pada kolonialisme dan imperialisme dengan misi mencari rempah-rempah dan dalam perjalanannya mereka juga memiliki misi yang berbeda yaitu god, gold dan glory. Tujuan mereka adalah negara-negara di dunia timur yang sangat kaya akan hasil bumi. 

Begitu pula Belanda Pada masa perang kolonial, misi militer tentara Belanda juga menyertakan ahli-ahli geografi dan geologi. Kelompok peneliti ini bernama Royal Dutch Geographical Society (Masyarakat Geografi Kerajaan Belanda). Mereka kemudian mengambil sampel batu-batuan untuk diteliti kandungan mineralnya. Dengan data-data yang terhimpun dari ahli geografi dan geologi tersebut, pemerintah Belanda membuat satu peta tambang Hindia Belanda.

Memasuki abad 20, eksploitasi pertambangan oleh pemerintah Hindia Belanda kian menggeliat. Banyak berdiri perusahaan pertambangan multinasional Belanda di antaranya: Royal Dutch (perusahaan tambang minyak di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara), Billiton Maatschappij (perusahaan tambang timah di Belitung), Mijnbouw Maatschappij van Zuid Bantam (perusahaan tambang emas di Cikotok, Lebak, Banten), Bataafsche Petroleum Maatschappij (perusahaan tambang minyak di Balikpapan), dan Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (perusahaan tambang minyak di Papua)

Cikotok Dalam Kenangan 

PLTM Cikotok, yang tersisa hanya tinggal bendungan dan fotonya saja
(Foto: Antam)

Penambangan emas di Cikotok awalnya dilakukan oleh perusahaan Belanda yaitu Mijnbouw Maatschappij van Zuid Bantam pada 1936, tetapi berhenti pada 1939 saat pecah Perang Dunia II. Kemudian, kegiatan penambangan kembali dilanjutkan ketika Jepang menduduki Indonesia. Saat dikuasai Jepang, pengelolaan tambang emas Cikotok berada di bawah perusahaan Mitsui Kosha Kabushiki Kaisha.

Sejak tahun 1839, kawasan Cikotok telah diindikasi mempunyai kandungan emas. Tak kurang dari 77 tahun Pemerintah Kolonial Hindia Belanda melakukan penelitian umum di daerah Cikotok dan sekitarnya untuk memastikan kadar endapan emas. Beberapa peneliti seperti Junghuhn, Verbeek, Homer Hasaki, Zungler, dan Fenaema vas Es, terlibat dalam proyek tersebut. Dari tahun 1924 sampai 1930 dilakukan penelitian geologis oleh W.F.F Oppenoorth. Setelah itu dilanjutkan dengan eksplorasi dan pemetaan hingga tahun 1936. Ketika semuanya dirasa telah siap, maka pembangunan tambang emas mulai dilakukan oleh sebuah perusahaan Belanda yang bernama NV Mijnbouw Maatschappij Zuid Bantam. Berbarengan dengan itu, pembangunan fasilitas pendukung pun mulai dibangun seperti perumahan direksi dan karyawan tambang, perkantoran, gudang, rumah sakit, laboratorium, fasilitas pabrik tambang, jalan, PLTA, dan fasilitas air bersih.

Setelah Indonesia merdeka, tambang emas Cikotok berada di bawah pengawasan Jawatan Pertambangan Republik Indonesia hingga berubah status menjadi Perusahaan Negara pada 1960. PN Tambang Mas Tjikotok yang dibentuk berdasarkan PP No. 91 Th. 1961. Perusahaan ini adalah eks NV MMZB (Mijnbouw Matschapij van Zuid Bantam) yang mengelola tambang emas di Cikotok. Kemudian, pada 5 Juli 1968, tambang emas Cikotok dimerjer bersama enam perusahaan tambang lainnya dan menjadi cikal bakal PT. Antam, Tbk. Dalam perjalannaya exploitasi kandungan mineral oleh perusahan Aneka Tambang (Antam) terus meluas,  selain melakukan penambangan di bekas tambang perusahaan belanda, Antam juga membuka area penambangan baru di blok Cikidang.

Cirotan Dalam Kenangan

Masjid El Cirotan menjadi saksi sejarah, masih tetap berdiri sampai saat ini.
(Foto: Antam)

Blok Cirotan merupakan bagian dari lokasi penambangan bekas belanda yang di kelola Unit Penambangan Emas Cikotok (UPEC) yang berada di bawah PT. Aneka Tambang, Tbk. Pada masanya, Cirotan menjadi blok penambangan yang sangat luar biasa, diresmikan pada tahun 1955 Cirotan menyumbang pendapatan Antam pada saat itu. Ratusan ton emas dihasilkan dari blok penambangan Cirotan. 

Berbagai fasilitas dibangun di area penambangan blok Cirotan, seperti bedeng pekerja, rumah sakit, sarana ibadah seperti mesjid dan gereja, warung-warung untuk memenuhi kebutuhan pokok para pekerja, dan gelanggang olah raga. Selain itu fasilitas tambang pun di bangun seperti gerbong lokomotif untuk mengangkut bongkahan batu dari dalam lubang tambang dan lori gantung yang berfungsi mengangkut bongkahan batuan emas ke tempat pengolahan di Pasirgombong dengan panjang kurang lebih 19 KM. Penambangan blok Cirotan pada saat itu meluas ke blok Cimari dan blok Cipulus.

Kejayaan Yang Hilang

Bekas bangunan pabrik Antam Cikotok yang hanya tinggal puing
(Foto: Antam)

Cikotok pada masa kejayaannya memiliki nama besar dengan segala kekayaan alamnya yang melimpah tetapi itu dulu, saat ini jejak kejayaannya hilang entah kemana. Jejak sejarah penambangan emas hilang dijarah tangan-tangan rakus. Bangunan pabrik dan instalasi lori gantung hanya bisa kita jumpai di foto kenangan, sangat disayangkan tidak ada tindakan untuk melindungi sejarah kebesaran Cikotok dengan tambang emasnya yang mampu mengangkat perekonomian bangsa ini pada masanya. Ada kabar bekas tambang, bangunan pabrik dan instalasi lori gantung dijadikan tempat wisata geologi, tetapi sepertinya itu hanya alibi saja karena hampir 80 persen bekas bangunan sudah rata dengan tanah. Besi-besi bekas bangunan khususnya di area pabrik di Pasirgombong sudah mampir ke tukang loak pengepul besi tua, entah kerjaan siapa.

Cirotan bahkan hilang lebih awal, yang tersisa hanya lubang-lubang tambang dan mesjid yang masih kokoh berdiri seperti dulu. Lalu ini salah siapa? Saat ini memang kita tidak pantas untuk saling menyalahkan ibarat nasi sudah menjadi bubur, sejarah telah hilang. Tetapi saya yakin cerita-cerita sejarah bisa kita kumpulkan dan bisa kita bagikan kepada generasi yang akan datang agar mereka  bisa menjaga, melestarikan sejarah dan menjadi generasi yang memiliki masa depan yang cerah.

Lori gantung tinggal kenangan.
(Foto: Antam)
Hanya bisa melihat fotonya saja, karena sudah habis dirongsok tangan rakus.
(Foto: Antam)
Lampu karbit, alat penerangan pekerja tambang pada saat itu.
(Foto: Antam)
Pekerja tambang di Antam Cikotok
(Foto: Antam)

“Study the past if you would define the future.” — Confucius
(Pelajari masa lampau jika kamu ingin menetapkan masa depan.)


Bantenhejo.com adalah media jurnalisme warga dan berbasis komunitas. Isi tulisan dan gambar/foto sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis. Untuk sanggahan silahkan kirim email ke bantenhejo[at]gmail.com.


Tentang Penulis

Mantri Tani di Desa Citorek Tengah, Kecamatan Cibeber, Lebak Banten.

9 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *