Opini

Indonesia Terserah!

(Foto: instagram dr. Tirta)

Aftertaste Esensi

Hampir di semua negara yang terindikasi wabah Covid-19 sudah memberlakukan lokcdown atau karantina wilayah. Tidak terkecuali di Indonesia. Pembatasan Sosial Berskala Besar atau yang di sebut PSBB, merupakan aturan sosial yang dibuat untuk mencegah penyebaran virus corona di Indonesia semakin merebak. Dan hampir sebagian di wilayah sudah menerapkan PSBB. Pembatasan gerak aktivitas penduduk di suatu tempat untuk mengurangi dan terjangkitnya virus mengurangi kegiatan di luar rumah. Pembatasan besar skala panjang ini membutuhkan waktu selama 14 hari masa inkubasi. Hal ini dilakukan untuk menekan sekaligus mengurangi penyebaran wabah dari virus yang berasal dari Wuhan China ini.

Hari ini kita banyak menyaksikan banyak informasi dari sengkarutnya penerapan PSBB ini. Mulai dari ketegasan tata aturan dan juga manusia sebagai pelaku seolah banyak mengabaikan anjuran pemerintah. Iklan layanan masyarakat tentang pencegahan seolah hanya kameo selintas lalu di pemberitaan televisi. Peningkatan korban pun seolah tidak membuat jera. Di sisi lain pemerintah ingin memberantas tetapi di sisi lain masyarakat yang belum peduli dengan wabah pandemi ini. Pengawasan sekaligus komitmen di lapangan jauh dari apa yang diharapkan. Juga maju mundur bukan lagi pernyataan yang keluar dari pemerintah, sebagai sumber informasi yang utuh. Satu informasi yang sama di setiap kementrian ini juga sangat berpengaruh pada saat penerapan PSBB. Kuncinya adalah kesepahaman informasi yang utuh serentak. Kompak dan disiplin, dan harmonisasi sekaligus sinkronisasi kebijakan setiap stakeholder di kementrian. Keseragaman informasi baik di pusat maupun pemerintah daerah. Dan kesadaran seluruh masyarakat dalam merespon situasi seperti sekarang ini.

Lebaran saat Corona menjadi dilema tersendiri disaat pemberlakuan PSBB. Namun, pembatasan itu justru tidak tecermin di masyarakat. Beberapa tempat, pusat perbelanjaan hingga bandara, misalnya, malah terlihat ramai dan padat menjelang lebaran. Pelonggaran waktu PSBB ini sebagian berpengaruh juga terhadap pola interaksi sosial di masyarakat. Mudik dan Belanja menjadi permasalahan tersendiri di saat pandemi seperti sekarang ini. Social Distancing atau jaga jarak jauh dari aturan kini sudah mulai perlahan tidak dihiraukan oleh sebagian masyarakat.

Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida berpandangan bahwa hal itu terjadi karena Lebaran merupakan tradisi yang sudah melekat di masyarakat dari generasi ke generasi. Begitu pula dengan “ritual” yang menyertainya, seperti silaturahim dengan mudik, berbelanja sandang baru, dan pangan yang khas, serta pemberian insentif Lebaran. Jika tidak dilakukan, masyarakat akan merasa kehilangan makna atau esensi dari hari raya Idul Fitri. Berdesakan di kala mudik pun menjadi cerita tersendiri. Dan himbauan untuk menunda mudik pun seolah tidak dihiraukan.

Mengurangi banyak aktivitas di luar rumah kini hanya slogan tagar semata, hilang sudah semua protokoler kesehatan ketika asik berdesakan nekat di tempat perbelanjaan. Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang menjadi benteng pertahanan untuk melawan virus pun mulai perlahan diabaikan. Wabah yang menjadi pandemi kini secara kurang dipahami betul oleh semua lapisan masyarakat cenderung abai. Kondisi abnormal memaksa setiap kita untuk tetap bertahan dengan tetap menggunakan nalar sehat. Pelonggaran PSBB bukan berarti situasi sudah relatif aman. Tetapi tetap harus terus kita kawal sampai tuntas.

Ini akan menjadi perkerjaan rumah untuk kita semua untuk bersama dalam memberantas wabah Covid-19. Satu sama lain untuk saling mengingatkan, hilang kesadaran akan pentingnya kesehatan tentu akan menambah cerita panjang tentang Corona ini. Semoga wabah ini memberikan kita banyak hikmah tentang bagaimana kita menghargai betapa pentingnya rasa peduli di saat musibah. Satu informasi, dan satu visi bukan lagi kepentingan segelintir golongan birokrasi. Saling bahu-membahu untuk fokus menyelesaikan setiap permasalahan di lapangan. Menyerap segala aspirasi masyarakat dan tentunya memberikan rasa nyaman untuk sesama. Bukan sebaliknya.


Bantenhejo.com adalah media jurnalisme warga dan berbasis komunitas. Isi tulisan dan gambar/foto sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis. Untuk sanggahan silahkan kirim email ke bantenhejo[at]gmail.com.


Tentang Penulis

Guru yang nyambi jadi tukang photo keliling. Literasi, senja dan kopi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *