
(Foto: topibambu.com)
Menghadapi revolusi industri ke-4 yang menonjolkan sisi otomatisasi-digital dan kreativitas, desa tentu tidak boleh kehilangan daya saingnya. Sebagai asal dari berbagai macam sumber daya yang menunjang kehidupan kota dan negara, desa harus turut serta membangun ekonomi kreatif. Tentu tanpa harus menghilangkan kearifan lokalnya. Hal itu dilakukan oleh Agus Hasanudin dengan mendirikan Saung Topi Bambu ICHE (Indonesian Creative Heritage) atau disingkat STB-ICHE yang terletak di Desa Jambe, Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang.
“Saung Topi Bambu ICHE ini sebagai tempat wisata kreatif dan edukasi untuk melestarikan kearifan lokal dan menjalankan ekonomi kreatif di wilayah Tangerang berbasis ekonomi desa,” jelasnya.
Pada Selasa (09/06/2020) lalu, STB-ICHE mendapat kesempatan dikunjungi sekaligus berdiskusi dengan rombongan Komisi II DPRD Provinsi Banten yang membidangi perekonomian. Dalam diskusi ringan tersebut, sang founder yang akrab disapa Kang Agus menjelaskan dampak dan permasalahan yang dihadapi para pelaku UMKM. Khususnya UKM Bambucraft yang tidak hanya memproduksi topi bambu, tapi juga telah melakukan diversifikasi produk dengan memproduksi kopeah (peci) bambu, dompet dan tas bambu hingga batik dengan merk ‘ALFDIN’.
Penulis buku ‘Kerajinan Topibambu di Tengah Arus Zaman’ ini juga menuturkan kepada para wakil rakyat mengenai sejarah topi bambu Tangerang yang sudah ada sejak 1887. Sebuah kerajinan yang pernah sangat jaya di masa kolonial yang turut serta membentuk kultur dan kearifan lokal masyarakat di Tangerang.
Sebagai bentuk apresiasi, rombongan anggota dewan yang terdiri dari H. Ade Awaludin, H. Jamin, H. Mohammad Bonnie Mufidjar, Hj. Desy Yusandi, Sri Hartati dan Maretta Dian Arthanti turut serta membeli produk dari para pengrajin UKM Bambucraft seperti peci, topi, dompet dan tas.
“Meskipun keadaan saung belum jadi 100%, tapi harus di-support oleh berbagi elemen agar saung ini dapat memberikan manfaat untuk membangun ekonomi kreatif di lingkungan,” ujar salah satu anggota dewan H. Ade Awaludin.
Kang Agus juga menjelaskan bahwa pembangunan saung ini belum rampung sepenuhnya. Ke depan tempat ini bisa menjadi bagian tempat wisata edukasi dan wisata kreatif, dilengkapi sarana ruang kreatif, museum topi bambu, ruang membatik, sarana workshop dan panggung pertunjukan.

(Foto: Topibambu.com)