
(Foto: Agung Herdiansyah)
Saat kaum intelektual kota sudah asyik dengan diskusi seputar filsafat, LGBT, feminisme, revolusi industri ke-4, cebong-kadrun sampai kepada Covid-19 yang katanya konspirasi, masyarakat di Kecamatan Sobang justru masih berdiskusi seputar bagaimana jalan yang mereka lalui bisa mulus. Belasan tahun sudah jalan utama yang menghubungkan Wewengkon Adat Citorek sampai Kecamatan Muncang ini dibiarkan rusak parah.1 Padahal jalan tersebut merupakan akses terdekat menuju ke ibukota kabupaten, Rangkasbitung. Bagi kendaraan roda empat dari Citorek atau desa-desa lain di Sobang, jalan ini merupakan akses satu-satunya menuju Rangkasbitung pasca jembatan di Muhara Lebakgedong terputus karena banjir dan longsor di tahun baru.
Kecamatan Sobang terletak di Kabupaten Lebak, di sebelah selatan gunung Endut yang juga masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Kontur wilayahnya berbukit-bukit dengan masih banyak lahan pertanian dan hutan hijau. Banyak tempat-tempat mempesona khas pedesaan di kaki gunung yang bisa dijadikan tempat sekedar menyepi sambil menikmati kopi, tentu dengan sebatang udud. Banyak juga tempat wisata seperti curug yang pengelolaannya belum dimaksimalkan.
Sabtu, 4 Juli lalu, saat hendak ke Citorek saya sengaja melewati jalan Sobang. Butuh waktu tempuh hampir 2 jam dari Cipanas ke Citorek jika melalui Sobang. Dari pasar Ciminyak Muncang sampai Desa Cikarang, jalan sudah lebih baik dibanding tahun lalu, sudah teraspal. Memasuki hutan Maranti, jalan masih seperti tahun lalu, rusak parah. Semakin terasa keterlaluan ketika memasuki tugu batas Kecamatan Sobang, jalan masih berupa batu kali terjal dengan sesekali bekas perkerasan aspal yang sudah lama tidak ditambal.
Saat melewati jalan tersebut muncul pertanyaan, di mana pemerintah? Atau di mana para anggota dewan? menyambung aspirasi masyarakat saja tidak mampu.
Sepanjang jalan dari Kampung Cikawah hingga ke ibukota kecamatan jalanan masih berupa batu kali. Kalau ada lomba tingkat nasional tentang kabupaten/kota dengan infrastruktur jalan terjelek, mungkin Kecamatan Sobang bisa jadi perwakilan Kabupaten Lebak. Bersaing mendapatkan piala yang bisa diarak di alun-alun, masuk pemberitaan media-media yang bisa membanggakan Bupati.
Berbahagialah yang mampu membeli motor trail dengan shockbreaker empuk. Shockbreaker motor matic, apalagi yang sudah mati tentu akan membuat tulang dan otot bergetar keras melelahkan, yang pada akhirnya membuat mulut ini ingin berkata kasar kepada pemangku kebijakan, kepada pemerintah.
Bagi orang Sobang sepertinya percuma membayar pajak kendaraan kalau bikin jalan saja negara lamban. Padahal tugas negara bukan cuma memberi izin kepada pabrik motor Jepang, atau kepada leasing yang membikin motor-motor itu mudah didapat. Percuma negara bangga dengan kenaikan pendapatan perkapita rakyatnya kalau infrastruktur dasar seperti jalan saja masih seperti negara miskin.
Rusaknya jalan Sobang mempengaruhi perekonomian. Harga-harga barang lebih mahal. Semisal sebungkus rokok Magnum Blue yang di kota seharga 20 ribu, di sana justru 25 ribu. Entahlah kalau bahan pokok, semoga saja tak jauh beda harganya dengan di kota. Sebab inilah mungkin produk dan juga potensi wisata di wilayah Sobang kurang bisa bersaing. Sebab inilah mungkin banyak pemuda di Sobang (juga di wilayah Lebak lainnya) lebih memilih mencari penghidupan ke kota, karena di kota semuanya serba terjamin dan nyaman.
Gula aren menjadi salah satu produk unggulan di sana, selain produk hasil pertanian dan perkebunan yang kebanyakan masih dikelola secara tradisional. Beberapa truk kolt diesel juga terlihat hilir mudik membawa kayu-kayu hasil hutan. Beruntung, kegiatan ekstraksi seperti tambang galian belum tertarik buat merusak hutan di Sobang. Meski tambang belum masuk, beberapa tahun lalu sempat ada wacana untuk mengeksplorasi potensi panas bumi di gunung Endut2 yang terletak di Kampung Cikawah buat dijadikan listrik.3 Kalaupun proyek itu nanti terealisasi, semoga saja bisa dilaksanakan dengan meminimalisir dampak kerusakan hutan dan memberi manfaat sebanyak mungkin kepada masyarakat setempat.
Rusaknya jalan juga membuat saya tak bisa membayangkan, bagaimana kalau ada ibu hamil? Pasti akan sangat menyiksa mereka yang membutuhkan penanganan Puskesmas. Ya berdoa saja, semoga selama jalan belum bagus, ibu-ibu hamil di sana tidak perlu dirujuk ke RS Ajidarmo Rangkasbitung. Meski diancam peraturan dan undang-undang, meminta tolong paraji4 saat melahirkan sepertinya lebih realistis dibanding harus ke puskesmas apalagi ke Rangkasbitung.
Dibangun Tahun Ini
Jalan di Sobang sudah banyak masuk pemberitaan, utamanya media lokal. Meski jumlahnya memang kalah dibanding berita pencitraan pejabat apalagi berita tentang Covid-19. Dalam berita disebutkan bahwa Pemkab Lebak baru sampai tahap asistensi ke Provinsi. Dan direncanakan masuk dalam APBD perubahan tahun ini.5
Kerusakan jalan di Sobang memang tidak seperti kerusakan jalan yang dilalui kereta kuda Max Havelaar dari Serang ke Rangkasbitung yang berlumpur, liat dan lengket sehingga membutuhkan bantuan penduduk sekitar.6 Tapi tidak juga sebagus jalan buatan Daendels lebih dari 200 tahun lalu, saking bagusnya bahkan tidak ada kuda pos di Inggris, Rusia atau Hongaria yang bisa menandingi kuda pos di jalanan yang membentang di utara Jawa kala itu.7
Masyarakat Sobang menanti mulusnya jalan di wilayah mereka. Berita terakhir, para tokoh dan aktivisnya pun kompak menekan pemerintah agar segera memperbaiki jalan di Sobang. Mulai dari berembug menyatukan kekuatan, mengundang media-media, kampanye di sosmed dengan hashtag #SobangButuhJalanBukanJanji sampai membuat video aksi menanam pohon pisang di jalan rusak yang mengolok-olok lambatnya kinerja pemerintah.8
Karena jalan adalah urat nadi, semoga jalan di Sobang bisa betul dimulai pembangunannya tahun ini.
1. https://faktabanten.co.id/blog/2020/06/15/jalan-rusak-parah-warga-lebak-sudah-2-periode-tetap-cuma-janji/ diakses tanggal 9 juli 2020.
2. http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=860&Itemid =611#:~:text=Prospek%20panas%20bumi%20Gunung %20Endut,panas%20di%20Cikawah%20dan %20Handeuleum diakses tanggal 9 juli 2020.
3. https://m.medcom.id/ekonomi/energi/eN4x312N-panas-bumi-gunung-endut-penuhi-pasokan-energi-listrik diakses tanggal 9 juli 2020.
4. Paraji (mak beurang) adalah sebutan untuk dukun beranak di daerah terpencil Kabupaten Lebak.
5. https://www.biem.co/read/2020/06/24/60345/ belasan-tahun-tak-dibangun-warga-kecamatan-sobang-keluhkan-jalan-rusak/ diakses tanggal 9 juli 2020.
6. Multatuli, Max Havelaar (Bandung: Qanita, 2015), hlm. 72.
7. Multatuli, Max Havelaar (Bandung: Qanita, 2015), hlm. 74.
8. https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=152857259663343&id=102702138012189 diakses pada 9 Juli 2020.