Lingkungan Hidup

Jaga Ciri Khas TPU Pasirandu, Kampas Hijau Tanam Pohon Jambu Mede

pohon jambu mede yang ditanam kampas hijau di TPU Pasirandu
Salah satu pohon jambu mede yang ditanam
(Foto: Mulyadi)

Jambu monyet atau biasa disebut jambu médé (Jawa: jambu mété) merupakan pohon yang banyak ditemui di perkampungan. Selain rindang daunnya, tumbuhan yang punya nama ilmiah Anacardium occidentale ini punya nilai ekonomis tinggi. Biji buahnya banyak diambil buat dijadikan cemilan maupun campuran coklat dan kue kesukaan meneer Eropa. Di masyarakat Indonesia sendiri, buah jambu mede biasa dijadikan teman makan dengan cara ditumis atau dibuat sayur berkuah. Sedang di tanah Sunda, pucuk daunnya yang masih muda dijadikan lalaban yang terkenal punya rasa segar dan nikmat. Kenikmatannya satu level dengan lalaban peuteuy.

Di Kampung Pasirandu, nama pohon jambu mede identik dengan Tempat Pemakaman Umum (TPU). Karena memang di TPU kampung tersebut pohon jambu mede tumbuh subur sejak zaman para kokolot dulu. Daunnya yang rindang membuat kompleks pemakaman terasa sejuk dan adem. Tak lengkap rasanya berziarah ke TPU jika pulang tanpa membawa oleh-oleh biji dan pucuk mede.

Mungkin karena banyak tumbuh di tempat seperti TPU atau kebun yang jauh dari pemukiman, pohon jambu mede punya cerita mistis sebagai pohon kesukaan para jurig nongkrong. Juga cerita angker lainnya, sebagai tempat para begal mengeksekusi korbannya. Tapi itu dulu, tidak sekarang. Karena sekarang Kampung Pasirandu yang masuk dalam wilayah Desa Kadu sudah banyak berubah. Seperti banyak desa lain di Tangerang, sudah banyak kebun dan sawahnya yang luas beralih fungsi jadi berbagai macam bangunan. Alih fungsi tersebut tentu membuat banyak pohon jambu mede ditebang atau lapuk dimakan usia tak ditanami lagi. Tak terkecuali di TPU.

Semakin berkurangnya pohon jambu mede membuat sayap organisasi Komunitas Anak Muda Pasirandu (KAMPAS) yang fokus di bidang lingkungan hidup dan penghijauan yaitu Kampas Hijau merasa terpanggil buat menanami TPU dengan pohon yang menjadi ciri khasnya. Lebih dari 60 batang pohon jambu mede berhasil mereka tanam pada hari minggu (23/08) lalu.

menanam jambu mede
Proses penanaman pohon jambu mede
(Foto: Mulyadi)
kampas hijau giting royong menanam jambu mede
Pohon jambu mede ditanam di pinggir jalan area pemakaman
(Foto: Mulyadi)

“Awalnya pak dewan Ahyani bilang ke saya; itu coba tanami makam sama pohon mede, soalnya kalau saya ziarah ke sana sekarang terasa panas. Ciri khas makam jangan sampai hilang,” ujar Mulyadi, Ketua KAMPAS yang saya wawancarai malam tadi (25/08).

Berawal dari obrolan dengan salah satu anggota DPRD Kabupaten Tangerang tersebut, Mulyadi yang akrab disapa Gela menggerakkan anggotanya di Kampas Hijau untuk menanami TPU dengan pohon jambu mede. Sekitar 10 orang pemuda terlibat di dalamnya.

“Sebetulnya keinginan menanami TPU dengan pohon mede sudah dari dulu, cuma saya takut tidak disetujui oleh warga. Tapi ternyata Alhamdulillah warga setuju TPU ditanami,” tambahnya.

(Foto: Mulyadi)

Mulyadi mengaku, semua pohonnya hasil budidaya rekan-rekan di Kampas Hijau. Semuanya murni dilakukan secara swadaya.

“Dimulai dari biji sampai jadi bibit, Kampas Hijau di bawah arahan kang Iyang Buluk berhasil membudidayakan sekitar 100 batang pohon yang sudah bisa disebar. 30 batangnya di bawa pak Lurah buat ditanam di TPU Kampung Kadu,” terang Mulyadi.

Mulyadi juga menjelaskan, pohon-pohon jambu mede tersebut ditanam di pinggir jalan pemakaman. Juga di area bekas pohon mede yang sudah tumbang, sehingga tidak menghalangi akses jalan atau mengambil lahan yang digunakan untuk kuburan.

Ke depan, Mulyadi dan rekan-rekan Kampas Hijau juga punya rencana ingin menjadikan TPU Pasirandu memiliki taman yang terawat, sehingga bisa membuat para peziarah nyaman. Didasarkan pada semakin minimnya ruang terbuka hijau di kampung, salah satu jalan melakukan penghijauan menurutnya adalah dengan memaksimalkan pemanfaatan area terbuka di pemakaman.

“Semoga saja dengan ditanami pohon mede ini, area makam jadi lebih sejuk. Trus juga sekarang kan katanya pemanasan global, sukur-sukur bisa ikut bantu ngurangi pemanasan global. Secara ekonomi pun, pucuk daun mede misalnya, kan laku itu kalau dijadikan sayuran,” ujarnya penuh harap.

kampas hijau berpose setelah menanam jambu mede
Mulyadi (berkaos abu-abu) berpose bersama kawan-kawan Kampas Hijau
(Foto: Mulyadi)

Semangat menjaga lingkungan yang diperlihatkan Mulyadi bersama kawan-kawan di Kampas Hijau memang patut diacungi jempol. Dengan semangat kecintaan terhadap lingkungan dan ketekunan, pohon-pohon jambu mede yang sudah mulai berkurang berhasil ditanami lagi. Setidaknya nasib pohon jambu mede tidak seperti pohon jamblang yang kini hanya jadi salah satu latar dalam nostalgia masa kecil di kampung pinggiran kota. Hanya jadi cerita tentang tempat nangkringnya kuntilanak ketika kita berlarian bermain susumputan waktu kecil dulu.


Bantenhejo.com adalah media jurnalisme warga dan berbasis komunitas. Isi tulisan dan gambar/foto sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis. Untuk sanggahan silahkan kirim email ke bantenhejo[at]gmail.com.


Tentang Penulis

Hobi udar-ider ke desa-desa yang masih memiliki banyak sawah dan kebun. Paling suka menikmati gunung-gunung di kejauhan sambil ngopi dan ngudud. Kuncen Banten Hejo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.