BALI – Destinasi Bali menawarkan amenitas terbaik sepanjang masa transisi New Normal. Rekomendasi pun diberikan 875 industri pariwiaata yang tersertifikasi CHSE (Cleanlinnes, Health, Safety, dan Environment Sustainability). Sebarannya merata di seluruh Pulau Dewata. Mereka siap membuat momentum Tahun Baru 2021 semakin berkesan. Jadi, tetap ‘We Love Bali’.
Menguatkan posisi tawar, program Familiarization Trip (Famtrip) digulirkan Kemenparekraf/Baparekraf pada 5-9 November 2020. Melibatkan 25 media, branding masif diterapkan merata pada destinasi Pulau Dewata. Menjaga pasar tetap ‘We Love Bali’, program padat karya ini melibatkan beragam stakeholder. Ada 409 industri pariwisata dan ekonomi kreatif, 8.421 tenaga kerja, dan 4.800 masyarakat umum.
“Kami merespon baik ‘We Love Bali’. Saat ini sudah 875 industri kreatif yang tersertifikasi CHSE. Jumlahnya bisa 900 dalam beberapa hari ke depan. Infrastrukturnya memang sudah sangat siap di Bali. Sudah banyak hotel yang tersertifikasi CHSE. Hal ini tentu jadi jaminan bagi wisatawan. Mereka mendapatkan perlindungan keamanan dan kesehatan selama menginap di Bali,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa.
Setelah vakum imbas penanganan Covid-19, Pulau Dewata sudah diaktivasi sejak 31 Juli 2020. Beragam penyempurnaan amenitas juga sudah dilakukan. Contohnya hotel yang menerapkan perinsip CHSE dimulai dari fasilitas cuci tangan/hand sanitizer, disinfektan, hingga pengukuran suhu tubuh. Rambu jaga jarak juga terlihat mulai pintu masuk hingga lift-nya. Secara rutin, kamar dibersihkan dengan disinfektan. We Love Bali, sebab memiliki standardisasi kualitas.
“Semua berkomitmen menjalankan CHSE secara menyeluruh. Hal sederhana yang bisa dilihat adalah penerapan protokol kesehatan. Siapapun harus mengenakan masker, jaga jarak, dan mencuci tangan. Sekarang tinggal bagaimana sikap wisatawannya. Bagaimanapun, mereka harus mematuhi regulasi yang berlaku. Tujuannya agar pandemi Covid-19 lebih cepat berakhir,” terang Putu.
Menjalani aktivasi kembali, pergerakan wisatawan di Bali terus tumbuh kompetitif. Rata-rata pergerakan wisnus di Bali mencapai 6.000 Orang per Hari. Jumlah itu pun menempati slot 37,5% dari kondisi normal. Sebab, pergerakan wisnus rata-rata mencapai 16 Ribu Orang per Hari pada hari normal sebelum Covid-19. Mendekati libur akhir tahun 2020, pergerakan wisnus diprediksi 15 Ribu Orang per Hari. Artinya, bisa mengisi okupansi hotel hingga 30%.
“Kami apresiasi karena banyaknya hotel yang sudah tersertifikasi CHSE. Sertifikasi ini penting karena jadi parameter standardisasi kualitas hotel di masa transisi New Normal. Sertifikasi CHSE tentu menjadi garansi kepercayaan pasar atau wisatawan. Untuk itu, hotel yang belum tersertifikasi segera mengurus,” jelas Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Rizki Handayani.
Sertifikasi program CHSE memang jadi salah satu syarat utama aktivasi unit bisnis pariwisata di masa transisi New Normal. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui destinasi untuk aktivasi. Sebagai awalan ada sosialisasi, penilaian mandiri, dan deklarasi mandiri. Pada fase penilaian, dilakukan pendaftaran secara online hingga diraih status kelayakan penilaiannya. Bila minor, ada potensi untuk perbaikan.
Usai melewati fase deklarasi mandiri, dilakukan verifikasi oleh Kemenparekraf/Baparekraf dan lembaga sertifikasi. Bila dinyatakan layak, destinasi baru mengajukan permohonan sertifikasi dan assessment oleh tim auditor. Untuk menjamin semuanya, lalu dilakukan visitasi tim. Bila semua aspek terpenuhi, baru sertifikasi diterbitkan dan dilanjutkan dengan labelling.
Untuk mendapatkan sertifikasi, destinasi pun harus memenuhi standard indikator penilaian 85% hingga 100%. Bila point tersebut terpenuhi, sertifikat langsung diberikan plus label ‘I do Care’. Label tersebut diberikan Kemenparekraf/Baparekraf. “Segera lengkapi persyaratan pengajuan sertifikasi CHSE. Proses pendaftaran simpel karena online. Semua harus bersinergi agar industri pariwisata pulih,” tutup Rizki.(*)