Tradisi & Budaya

Batu Tumbung, Saksi Bisu Peradaban Megalitikum di Pandeglang

Situs Batu Tumbung di lereng Gunung Pulosari Pandeglang. Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id

Provinsi Banten memiliki banyak situs peninggalan megalitikum yang layak dikunjungi sebagai saksi bisu peradaban di masa lampau. Kata Megalitikum berasal dari bahasa Yunani, megalitik yaitu mega berarti besar dan lithos yang berarti batu. Formasi atau bentukan ini biasanya muncul karena erosi, dan biasanya terbuat dari batuan metamorf yang sangat keras.

Situs-situs megalitikum di Banten masih terjaga cukup baik. Tak sedikit juga yang dijadikan objek wisata sejarah, salah satunya adalah situs Batu Tumbung atau Batu Bergores Cidaresi yang dipercaya oleh warga setempat sebagai peninggalan nenek moyang yang memiliki arti.

Situs Batu Tumbung terletak di lereng Gunung Pulosari dengan dikelilingi oleh pemandangan indah khas dataran tinggi. Tepatnya berada di Kampung Cidaresi, Desa Batu Ranjang, Kecamatan Cipeucang, Kabupaten Pandeglang.



Terletak di persawahan warga, situs megalitik tersebut terbuat dari batuan andesit yang memiliki ukuran panjang sekitar 175 cm dengan lebar sekitar 102 cm. Warga setempat menyebutnya dengan batu tumbung. Dalam bahasa sunda dialek Banten, kata tumbung dikenal sebagai alat kelamin perempuan.

Mengutip dari tulisan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten yang dimuat di kemendikbud.go.id, alasan masyarakat setempat menamakan batu tumbung adalah karena goresan di batu tersebut bermotif segitiga dan memiliki lubang tepat di bagian tengah.

Karena itu, batu monolit tersebut dinamakan dengan Batu Tumbung karena menyerupai kelamin perempuan. Selain itu, hal yang tak kalah menarik adalah masyarakat setempat juga memaknai situs batu tersebut sebagai lambang kesuburan dan kesucian.

“Kemaluan wanita ini dapat ditafsirkan sebagai simbol kesuburan atau lambang kesucian. Kesuburan merupakan salah satu pengharapan dari masyarakat yang hidup bercocok tanam dan beternak, mereka percaya bahwa tanaman dan ternak mereka sangat tergantung dari perlakukan mereka terhadap arwah nenek moyangnya,” keterangan dalam artikel Kemendikbud.

Selain terdapat Batu Bergores Cidaresi, di lokasi ini tersimpan juga peninggalan arkeologis berharga lainnya seperti batu berlubang 11 buah, batu tegak 3 buah, kursi batu 2 buah,  dan batu bergores 3 buah. 

Ketika tulisan ini dibuat, lokasi wisata Batu Bergores Cidaresi sudah memiliki fasilitas yang mendukung bagi para penikmat wisata sejarah. Mulai dari tersedianya parkiran, musolah, wc/toilet, dan warung yang dibuka oleh warga setempat untuk menghapus rasa dahaga dan lapar.

Tertarik berkunjung ke situs megalitik Batu Tumbung? Ingat, jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan dan kelestarian di sana ya.


Bantenhejo.com adalah media jurnalisme warga dan berbasis komunitas. Isi tulisan dan gambar/foto sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis. Untuk sanggahan silahkan kirim email ke bantenhejo[at]gmail.com.


Tentang Penulis

Penikmat anime One Piece

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.