Sastra

Belajar Mengendarai Sepeda; Puisi-puisi Zulhan Nurhathif

(Foto: koesja.com)

Belajar Mengendarai Sepeda

Aku menyaksikan anak kecil yang
baru pertama kali belajar mengendarai sepeda
di lapangan bersama Ayahnya. Ia belajar
mengayuh pedal dengan sungguh-sungguh.
Walaupun tubuhnya masih sulit untuk
seimbang, seringkali sepedanya itu
oleng dan kemudian tumbang.

Anak itu berkali-kali jatuh, sebenarnya
ia merasa sakit tapi keinginanya untuk bisa
mengendarai sepeda membuatnya bangkit.
Di tambah perkataan Ayahnya, ketika mengelus-elus
dengkulnya yang terluka, membuat sakit
di tubuhnya semakin tidak terasa:

“Tidak apa-apa kalau kau terjatuh asal
kau harus segera bangkit supaya sakit
tidak semakin berdenyit,” kata Ayahnya.

Anak itu memang belum
bisa mengendarai sepeda,
tetapi setidaknya ia telah
berhasil menguasai sakit
yang berdenyit di tubuhnya.

Al Ikhsan, februari 2022


Kalender

Kalender itu tampak tua
padahal usianya baru 2 bulan.
Mungkin, karena angka – angka rontok
satu – persatu dan membiarkan
kalender sendirian menghadapi waktu.

Di pojok ruang kalender tercenung
murung, ia tampak lesu dan berdebu.
Cambuk waktu membuat
gambar dan angka di kalender
pudar, seperti kenangan yang
perlahan mulai dilupakan.

Untuk membahagiakan kalender, saya
sering membuat lingkaran pada angka
: supaya angka tidak jatuh dan menghilang
entah kemana, supaya kalender tidak
merasa perkelahianya dengan waktu
adalah hal yang sia-sia.

Al Ikhsan, Februari 2022




Lampu

Saya sering ditemani lampu
mencari kata – kata yang
bersembunyi di halaman buku
hingga larut malam,
nyala lampu sama dengan nyala mata ibu
yang rela berjaga semalaman
menyusui saya waktu kecil dulu.

Saya dan lampu sudah sangat akrab
bahkan seperti sepasang kekasih.
Nyala lampu baru padam ketika
mata saya sudah ngantuk
dan hampir terpejam.

Lampu itu terpasang di kamar
dan ia yang paling akrab dengan saya
di antara lampu yang lain, sebab ketika
malam semakin larut hanya dia yang
dibiarkan menyala supaya seram
tidak semakin mencekam.

Pernah suatu kali saya berpikir
untuk menggantinya karena
nyalanya sudah tidak lagi terang,
tapi saya kasihan dan membiarkan
ia berjuang, biarlah waktu yang menggantinya.


Membayangkan dan–atau merenungkan
lampu, saya langsung teringat Ibu,
keduanya sama – sama menemani saya
menyala di malam yang beku.

Terima kasih lampu
tanpa engkau mataku kacau.

Al Ikhsan, April 2022


Batu Nisan


Batu nisan menjulang tegak
di atas tanah yang basah, di antara
melati putih dan mawar merah,
bertuliskan nama dan tanggal,
tahun dan tempat tinggal

–batu nisan adalah
monumen sederhana
yang akan mengenang
setiap nama yang
pernah hidup di dunia.

Al Ikhsan, Februari 2022


Pengrajin kata

Setelah menyelesaikan karyanya
pengrajin kata kelihatan bingung.
Bagaimana supaya kata yang dirakitnya
menjadi bagus dan enak dibaca.

Al Ikhsan, Februari 2022


Bantenhejo.com adalah media jurnalisme warga dan berbasis komunitas. Isi tulisan dan gambar/foto sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis. Untuk sanggahan silahkan kirim email ke bantenhejo[at]gmail.com.


Tentang Penulis

Lahir di Pemalang. Santri Pondok Pesantren Al Iksan Beji. Laki-laki pecinta kretek ini aktif di Komunitas Kepenulisan Al Ikhsan (KOPIAH).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *